TIPS MENJADI PEMBELI YANG CERDAS ONLINE SHOPING

 

Menjadi Pembeli yang Cerdas

Waspadai Scam Instagram Curi Data Pribadi dan Pemerasan! 

pic source : suara.com

Pada tulisan saya kali ini coba sedikit berbagi informasi tentang hal yang masih membingungkan antara apa yang disebut Customer (pelanggan) dengan Consumer (konsumen). Mungkin banyak orang yang masih menganggap kedua penertian ini memiliki paham yang sama yaitu orang yang menjadi pelanggan suatu produk atau end user. Benar apakah seperti itu? Yuk kita bahas satu persatu..

Pengertian yang sebenarnya dari kedua kata ini adalah (wikipedia.org)

Customer atau seorang pelanggan (juga dikenal sebagai klien, atau pembeli) adalah penerima layanan, baik, produk, atau ide, yang diperoleh dari penjual, atau pemasok untuk pertimbangan berharga moneter atau lainnya.

Consumer adalah orang atau sekelompok orang yang merupakan pengguna akhir produk atau jasa yang dihasilkan dalam suatu sistem sosial.

Dari kedua pengetian diaatas sudah bisa menerangkan apa arti dari masing-masing hal tersebut. Pelanggan bukanlah hanya terkait dengan satu yaitu membeli produk dan layanan kita saja. Saya ambil contoh Facebook, kini pengguna Facebook sudah mencapai satu miliar namun tak ada dari kita yang membayar kepada Facebook. Tapi, faktanya adalah Facebook mendapatkan pendapatan lebih dari US$ 50 miliar dan memiliki sekitar 3000 karyawan.

Dari contoh Facebook diatas, mereka menganggap kita atau user bukanlah pelanggan mereka. Yang Facebook anggap sebagai pelanggan mereka adalah para pemasang iklan. Dan kita atau user adalah “produk” yang dijual kepada pengiklan. Walau Facebook terus memberikan fitur-fitur gratis kepada penggunanya mereka tetap berfokus pada pelanggan mereka yaitu para pengiklan.

Hal ini sangat membantu para pengiklan untuk memetakan konsumen mereka. Namun, pemetaan atau segmentasi ini yang kadang mengakibatkan terlalu bebasnya pengiklan mengetahui data pribadi konsumen itu sendiri yang kadang mengakibatkan penyalahgunaan sumber informasi tersebut.

Seringkali kita menemukas kasus tentang penipuan belanja online/online shoppig, biasanya pada situs-situs yang sudah sering kita gunakan untuk keperluan belanja online, seperti lazada, shoppee, tokopedia dan sebagainya. Apa yang membedakan orang yang belanja online yang mendapatkan kepuasan dengan orang yang mendapat kekecewaan? Poin tersebut mencakupi pada tingkat ketelitian seorang pembeli dalam berbelanja, sebagai contoh si A ingin membeli produk kecantikan, namun ia tidak teliti dalam membaca deskripsi, ia adalah orang yang berkulit sensitif sedangkan produk tersebut tidak cocok untuk kulit sensitif, jika ia lebih teliti dalam membaca seharusnya ia tidak akan pernah membeli produk tersebut. Tapi, kita akan membahas ke kasus yang lebih internal, yang juga banyak dialami pembeli dalam belanja online.

Penipuan, hal itu sudah biasa dalam dunia nyata maupun dunia maya, konsep penipuan biasanya memiliki struktur yang sama, namun dilakukan kepada orang-orang yang lengah dan teliti, atau mungkin saja orang awam yang masih lugu. Penipuan banyak bentuknya, jika dalam online bisa termasuk penipuan produk palsu, penipuan harga, penipuan data pribadi meliputi financial, pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang pencurian identitas kita sebagai konsumen/pembeli dalam belanja online.

Identitas tentunya menjadi validitas untuk kita menjalani keperluan aktivitas, seperti halnya ingin memasuki area yang perlu identitas asli, tidak mungkin kita akan memberikan identitas palsu. Namun, pada online shop, kita biasanya diminta identitas untuk melakukan transaksi, pembayaran sebuah barang yang telah dipesan biasanya, kesempatan pemilik toko mencuri identitas kita adalah katakana 50%, bukan hal yang tidak mungkin identitas kita sebagai konsumen dicuri oleh pemilik toko online, seperti kasus baru-baru ini yang disebut carding (membayarkan transaksi orang lain), mengapa bisa? Jika muncul di benak kita sebagai orang awam, kenapa bisa saya membayarkan transaksi orang lain sedangkan saya tidak melakukan apapun, coba diingat-ingat, apakah pernah kita memasukkan nomor rekening ke sebuah situs, atau memberikan nomor rekening kepada pemilik toko, mediator pembelian barang dan semacamnya? Jika iya, maka jangan heran bila kita terkena kasus carding ataupun pencurian identitas lainnya.

Lantas, bagaimana cara mengatasinya? Sedangkan jika berbelanja online kita pasti dimintai nomor rekening dan data data pribadi untuk sebuah validitas, maka dari itu sebagai pembeli yang cerdas, kita harus memperhatikan baik-baik identitas toko sebelum kita memberikan identitas kita. Pertama, pilihlah toko resmi atau toko yang memiliki rating/penilaian yang baik dari customer lain, kedua ketahui letak toko/lokasi toko apakah benar adanya atau hanya fake lokasi/lokasi palsu yang dicantumi, karena biasanya toko online juga memiliki toko tempat mereka berjualan, ketiga jangan sekali-kali memberikan pin ATM kita jika diminta dengan alasan apapun, keempat selalu waspada dengan tindak penipuan/pencurian identitas dengan cara membaca terlebih dahulu jika kita tidak mengetahuinya atau bertanya kepada yang lebih tau.

Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa kasus penipuan/pencurian identitas atau semacamnya bukan murni kesalahan situs, itu adalah permainan oknum-oknum licik, juga terkadang kelalaian kita sebagai konsumen/pembeli. Maka, perhatikan baik-baik, jangan sembarangan memberikan data internal, harus bisa membedakan mana toko yang baik dan mana toko yang tidak memiliki rating, dan selalu utamakan membaca dengan tuntas dan teliti agar tidak mengalami kejadian serupa pada kasus-kasus penipuan/pencurian yang sering terjadi ini.

No comments:

Powered by Blogger.